Home » Posts filed under MU : Sejarah MU
Showing posts with label MU : Sejarah MU. Show all posts
Showing posts with label MU : Sejarah MU. Show all posts
6 Februari adalah hari paling mencekam bagi persepakbolaan dunia. Dimana pada 6 Februari 1958 merupakan salah satu sejarah kelam
bagi dunia persepakbolaan khususnya Manchester United. Tim yang diarsiteki oleh Sir Matt Busby sedang berada
di masa emasnya dan diprediksikan akan mendominasi sepak bola Eropa. United juga diunggulkan untuk Piala eropa, Liga, dan FA dengan skuad
yang sebagian besar masih muda, orang-orang menyebutnya “The
Busby Babes”.
Setelah mengalahkan
lawan sebelumnya di ajang piala eropa, MU dipastikan akan melawan Red
Star Belgrade (RSB) tim dari Yugoslavia di perempat final. Pada leg pertama
tanggal 14 Januari 1958 di Old Trafford, MU berhasil mengalahkan RSB
2-1, gol diciptakan oleh Charlton dan Colman. Pertandingan tersebut sangat
ketat dan menarik seperti yang di ceritakan oleh Sir Bobby Charlton,
legenda United dan salah satu pemain yang selamat dari kecelakaan tersebut. Lalu leg kedua akan
dilakukan pada 5 Februari 1958 di Belgrade.
Pada pertandingan leg kedua di Belgrade, MU mendominasi permainan pada babak pertama sehingga mereka bisa
unggul 3-0. Namun mereka (RSB) mulai bangkit pada babak kedua. Pertandingan pun menjadi
semakin seru ketika lima menit sebelum usai, RSB berhasil menyamakan
kedudukan 3-3. MU yang sudah unggul di leg pertama pun harus mempertahankan
hasil ini. Beruntung wasit meniup tanda berakhirnya pertandingan.
Setelah pertandingan berakhir, 6 Februari 1958, Tim pun melakukan perjalanan
pulang menuju Manchester. Dalam perjalanan tersebut, pesawat dengan nomor
penerbangan British European Airways Flight 609 harus mengisi
bahan bakar di Bandar udara Munich Riem, Munchen Jerman.
Setelah mengisi bahan bakar, dalam keadaan dingin dibawah 0 derajat dan landasan bandara dipenuhi dengan es. Pilot pesawat kapten James Thain dan kopilot Kenneth Rayment mencoba untuk lepas landas, namun gagal sampai dua kali akibat kegagalan mesin. Lalu salah satu pemain MU, Duncan Edwards mengirim telegram ke Manchester “ all flight cancelled, flying tomorrow (semua penerbangan dibatalkan, terbang besok. Ternyata sang pilot menolak untuk menginap di Munich dan akan melakukan percobaan lepas landas yang ketiga.
Beberapa pemain tidak yakin atas penerbangan ini, khususnya Liam Whelan yang terdengar mengatakan “This may be death, but I’m ready” (aku mungkin mati, tapi aku siap). Sesaat sebelum take off, beberapa pemain MU pindah ke bagian belakang pesawat seperti Duncan Edwards, Tommy Taylor, Mark Jones , Eddie Colman dan Frank Swift.
Pukul 14:56 pilot dan kopilot sudah bersiap-siap untuk lepas landas yang ketiga kalinya. Pada pukul 14:59 mereka mendapat izin untuk lepas landas. Pada landasan pacu, pukul 15:02 kopilot sudah mengecek secara final. Lalu dihubungi oleh menara untuk kepastian take off paling lambat diberitahukan pada pukul 15:04. Lalu mereka pun berdiskusi dan keputusan nya mereka tetap lepas landas pada pukul 15:03.
Pesawat pun dijalankan, Kapten pesawat mulai menaikkan kecepatan, mulai dari 85knot sampai mencapai kecepatan 117 knot, kapten Thain mengumumkan V1 dimana batas kecepatan yang tidak memungkinkan membatalkan lepas landas. Lalu panggilan kedua keluar, V2, dimana kecepatan minimum pesawat untuk lepas landas ialah 119 knot. Namun ketika Kapten Thein melirik indicator kecepatan, bukannya naik malah menurun menjadi 112 – 105 knot.
Pesawat pun tergelincir pada ujung landasan, tak terkendali, menabrak pagar bandara, lalu menyebrang ke jalan. Sayap pesawat dan ekor pesawat robek karena menabrak rumah, sisi kiri kokpit menabrak pohon, dan sisi kanan pesawat menabrak pondok kayu yang didalamnya terdapat truk berisi ban dan bahan bakar yang akhirnya meledak.
Dari 43 penumpang, 23 diantaranya meninggal (21 meninggal seketika), 8 diantaranya merupakan pemain MU yang antara lain Roger Byrne (28), Eddie Colman (21), Mark Jones (24), David Pegg (22), Tommy Taylor (26), Geoff Bent (25), Liam Whelan (22) dan Duncan Edwards (21) lalu sekretaris klub Walter Crickmer, pelatih Tom Curry dan Pelatih Bert Whalley.
Dengan musibah ini, United tidak bisa meraih treble winner untuk pertama kalinya. Setelah di Semifinal piala eropa kalah dengan AC Milan dan kalah juga di Final piala FA melawan Bolton.
Setelah mengisi bahan bakar, dalam keadaan dingin dibawah 0 derajat dan landasan bandara dipenuhi dengan es. Pilot pesawat kapten James Thain dan kopilot Kenneth Rayment mencoba untuk lepas landas, namun gagal sampai dua kali akibat kegagalan mesin. Lalu salah satu pemain MU, Duncan Edwards mengirim telegram ke Manchester “ all flight cancelled, flying tomorrow (semua penerbangan dibatalkan, terbang besok. Ternyata sang pilot menolak untuk menginap di Munich dan akan melakukan percobaan lepas landas yang ketiga.
Beberapa pemain tidak yakin atas penerbangan ini, khususnya Liam Whelan yang terdengar mengatakan “This may be death, but I’m ready” (aku mungkin mati, tapi aku siap). Sesaat sebelum take off, beberapa pemain MU pindah ke bagian belakang pesawat seperti Duncan Edwards, Tommy Taylor, Mark Jones , Eddie Colman dan Frank Swift.
Pukul 14:56 pilot dan kopilot sudah bersiap-siap untuk lepas landas yang ketiga kalinya. Pada pukul 14:59 mereka mendapat izin untuk lepas landas. Pada landasan pacu, pukul 15:02 kopilot sudah mengecek secara final. Lalu dihubungi oleh menara untuk kepastian take off paling lambat diberitahukan pada pukul 15:04. Lalu mereka pun berdiskusi dan keputusan nya mereka tetap lepas landas pada pukul 15:03.
Pesawat pun dijalankan, Kapten pesawat mulai menaikkan kecepatan, mulai dari 85knot sampai mencapai kecepatan 117 knot, kapten Thain mengumumkan V1 dimana batas kecepatan yang tidak memungkinkan membatalkan lepas landas. Lalu panggilan kedua keluar, V2, dimana kecepatan minimum pesawat untuk lepas landas ialah 119 knot. Namun ketika Kapten Thein melirik indicator kecepatan, bukannya naik malah menurun menjadi 112 – 105 knot.
Pesawat pun tergelincir pada ujung landasan, tak terkendali, menabrak pagar bandara, lalu menyebrang ke jalan. Sayap pesawat dan ekor pesawat robek karena menabrak rumah, sisi kiri kokpit menabrak pohon, dan sisi kanan pesawat menabrak pondok kayu yang didalamnya terdapat truk berisi ban dan bahan bakar yang akhirnya meledak.
Dari 43 penumpang, 23 diantaranya meninggal (21 meninggal seketika), 8 diantaranya merupakan pemain MU yang antara lain Roger Byrne (28), Eddie Colman (21), Mark Jones (24), David Pegg (22), Tommy Taylor (26), Geoff Bent (25), Liam Whelan (22) dan Duncan Edwards (21) lalu sekretaris klub Walter Crickmer, pelatih Tom Curry dan Pelatih Bert Whalley.
Dengan musibah ini, United tidak bisa meraih treble winner untuk pertama kalinya. Setelah di Semifinal piala eropa kalah dengan AC Milan dan kalah juga di Final piala FA melawan Bolton.
Kalo anda selalu melihat siaran pertandingan Manchester united baik pertandingan di liga Inggris maupun liga Champion, Anda pasti akan bertanya-tanya kenapa banyak pendukung Manchester United yang memakai syal yang berwarna Hijau-kuning, padahal warna kebanggaan Manchester united adalah merah, bukan Hijau kuning.
Lalu apa maksudnya para pendukung Manchester United memakai syal warna hijau kuning itu?
Syal berwarna hijau kuning yang dipakai oleh banyak pendukung Manchester United itu sebenarnya adalah syal yang dipakai untuk memprotes kepemilikan Manchester United oleh keluarga Malcolm Glazzer.
Mereka beranggapan bahwa kepemilikan tim oleh keluarga Malcolm Glazzer (pemegang saham mayoritas) adalah suatu kesalahan.
Malcolm dianggap sebagai biang keladi kebangkrutan Manchester United. Kini,setelah Manchester United dimiliki oleh keluarga Malcolm, Manchester united kemudian terlilit banyak hutang, bahkan mencapai angka 716 juta Pounsterling. Dan untuk menutup hutang itu, Manchester terpaksa menjual tempat latihan super mereka di Carrington.
Glazzer dianggap lebih mementingkan uang sendiri daripada kondisi keuangan tim. Hal inilah yang kemudian memancing gerakan protes "Love United Hate Glazer" yang dipimpin oleh sebuah kelompok penentang Glazzer yang menamakan dirinya "Red Knight."
Dan Arti warna hijau-kuning sendiri adalah warna seragam Manchester United saat masih bernama Newton Heath, dimana pada saat itu, sang pemilik Manchester united sangat mencintai Manchester united dan tidak mementingkan uang sendiri,Sang pemilik juga rela mengeluarkan banyak uang hanya demi membangun Stadion Old Trafford.
Mereka menggunakan simbol warna hijau kuning itu sebagai sikap anti komersialisme dan menuntut pemurnian kembali khitah klub.
Lalu apa maksudnya para pendukung Manchester United memakai syal warna hijau kuning itu?
Syal berwarna hijau kuning yang dipakai oleh banyak pendukung Manchester United itu sebenarnya adalah syal yang dipakai untuk memprotes kepemilikan Manchester United oleh keluarga Malcolm Glazzer.
Mereka beranggapan bahwa kepemilikan tim oleh keluarga Malcolm Glazzer (pemegang saham mayoritas) adalah suatu kesalahan.
Malcolm dianggap sebagai biang keladi kebangkrutan Manchester United. Kini,setelah Manchester United dimiliki oleh keluarga Malcolm, Manchester united kemudian terlilit banyak hutang, bahkan mencapai angka 716 juta Pounsterling. Dan untuk menutup hutang itu, Manchester terpaksa menjual tempat latihan super mereka di Carrington.
Glazzer dianggap lebih mementingkan uang sendiri daripada kondisi keuangan tim. Hal inilah yang kemudian memancing gerakan protes "Love United Hate Glazer" yang dipimpin oleh sebuah kelompok penentang Glazzer yang menamakan dirinya "Red Knight."
Dan Arti warna hijau-kuning sendiri adalah warna seragam Manchester United saat masih bernama Newton Heath, dimana pada saat itu, sang pemilik Manchester united sangat mencintai Manchester united dan tidak mementingkan uang sendiri,Sang pemilik juga rela mengeluarkan banyak uang hanya demi membangun Stadion Old Trafford.
Mereka menggunakan simbol warna hijau kuning itu sebagai sikap anti komersialisme dan menuntut pemurnian kembali khitah klub.
Class of 92 adalah sekumpulan pemain muda berbakat emas lulusan Akademi
Manchester United. Para pemain muda ini dilatih seintensif mungkin agar
menjadi pemain hebat. Hasilnya, pada tahun 1992 mereka meraih gelar
juara FA Youth Cup. Usia mereka rata-rata 18 tahun. Class of 92 sering
juga disebut dengan Fergie Babes, ini karena mereka adalah pemain yang
direkomendasikan oleh Alex Ferguson untuk menjadi pemain inti MU saat itu, walau usia mereka masih sangat muda.
Class of 92 Sejumlah nama yang dipromosikan ke tim utama, antara lain David Beckham, Gary Neville, Phillip Neville, Ryan Giggs, Paul Scholes, Nicky Butt, Keith Gillespie, Robbie Savage, dan Simon Davies. Alhasil, pada musim 1992-1993, MU meraih gelar juara Liga Inggris dengan kontribusi dari sebagian besar pemain muda tersebut. Yang pasti tim muda Manchester United tahun 1992 ini merupakan tim yang terbilang sulit untuk disamai. Beberapa pemain Class of 92 sekarang telah menjadi pemain kaliber internasional. Sebutlah David Beckham, Gary Neville, Phillip Neville, Ryan Giggs, Paul Scholes, dan Nicky Butt. Ini membuktikan bahwa Manchester United bukan hanya klub yang sukses secara komersial saja, tetapi akademi mereka memang mumpuni untuk melahirkan bintang-bintang baru. Berikut adalah kisah beberapa pemain Class of 92....
1. Ryan Giggs
Dididik oleh Manchester City, Giggs direkrut oleh MU tepat di ulang tahunnya yang ke-14. Saat itu, Sir Alex Ferguson sendiri yang mendatangi rumah Giggs dan memintanya berlatih di Carrington. Saat ini, Giggs masih setia membela MU. Sejumlah rekor MU berhasil dipecahkan oleh pria berkebangsaan Wales ini. Posisinya dulu adalah sayap kiri, namun kini Giggs juga fasih bermain di tengah.
2. David Beckham
Barangkali salah satu pemain yang paling populer di MU. Beckham yang kelahiran London adalah asli didikan MU. Sejak memulai debutnya di tim senior pada tahun 1992, Beckham terus meroket. Beckham memiliki spesialisasi sebagai eksekutor bola mati. Salah satu yang paling diingat dari Beckham adalah golnya dari jarak setengah lapangan menghadapi Wimbledon tahun 1996. Akibat konflik dengan Ferguson, Beckham lalu hijrah ke Real Madrid pada tahun 2003. Suami dari Victoria Adams itu lalu pindah ke Amerika bersama LA Galaxy lalu dipinjamkan ke AC Milan.
3. Paul Scholes
Salah satu sosok yang pernah sangat dominan di lapangan tengah MU. Sangat mobile dan memiliki tendangan geledek, pemain berjuluk 'Pangeran Jahe' ini memotori lini tengah selama bertahun-tahun. Sama seperti Giggs, Scholes adalah seorang pemain yang terus setia membela MU hingga saat ini. Meski secara terbuka mengaku sebagai pendukung Oldham Athletic hingga kini, tak ada seorang pun fans MU yang memprotesnya.
4. Gary Neville
Dijuluki 'Benteng Alamo' berkat ketangguhannya mengawal lini belakang MU. Neville fasih bermain sebagai bek kanan dan juga bek tengah. Sejak merebut posisi inti dari tangan Paul Paker pada 1994, Neville terus jadi pilihan utama. Pada tahun 2005, Nevile ditunjuk sebagai kapten The Red Devils menyusul kepindahan Roy Keane. Bersama Giggs dan Scholes, mereka adalah tiga pemain Class of 92 yang masih bertahan hingga kini.
5. Nicky Butt
Seorang gelandang tengah yang tangguh, tipe yang sangat disukai Ferguson yang pernah sangat mengandalkan Paul Ince dan Roy Keane. Butt memulai debut pada musim 1992-93, tapi baru jadi pilihan utama musim 1994-95. Akibat mulai gagal bersaing dengan gelandang-gelandang lain, Butt terbuang ke Newcastle United tahun 2004. Karirnya terus meredup, salah satunya ditandai dengan tergedragasinya Newcastle.
6. Phil Neville
Adik dari Gary Neville. Di Manchester United, Phil biasa dimainkan sebagai bek kiri menggantikan Denis Irwin atau bek kanan mengisi posisi sang abang. Selain itu, Phil juga bisa bermain sebagai gelandang. Tahun 2005, Neville kecil hijrah ke Everton. Januari 2007, menyusul kepergian David Weir ke Glasgow Rangers, manajer Everton menunjuk Phil sebagai kapten baru The Toffees.
Class of 1992: Benih Kejayaan Setan Merah
Melahirkan seorang bintang sepak bola saja adalah perkara sulit. Jika mampu melahirkan bintang dalam satu kelas atau angkatan, itu berarti sangat luar biasa. Sekolah sepak bola Manhcester United (MU) pernah melakukannya. Pada awal 1990-an, akademi MU memiliki murid-murid yang penuh bakat dan berkelas.
Betapa tidak, angkatan tersebut dihuni oleh benih-benih berkualitas yang kelak menjadi bintang-bintang besar di jagad sepak bola. Juga, menjadi kunci sukses Setan Merah (julukan MU). Sebut saja David Beckham, Nicky Butt, Keith Gillespie, Ryan Giggs, Robbie Savage, Paul Scholes dan sebagainya. Mereka sudah menebar pesona, meski masih berwajah imut.
Angkatan itu akhirnya melegenda dengan sebutan Class of ‘92 . Sebab, pada tahun itu mereka menunjukkan kehebatannya di pentas Piala FA Junior. Nicky Butt dkk tampil memukau dan menghajar Crystal Palace 6-3 di final. Untuk ketujuh kalinya (waktu itu, Red) MU menjuarai Piala FA Junior dan itu sebuah rekor tertinggi.
Dibangun sejak 1930-an, sekolah sepak bola Manchester United (MU) memang terkenal bagus. Banyak bintang besar yang lahir dari gemblengan akademi itu. Meski tak mengharamkan pembelian pemain asing, tapi MU sangat menghormati lulusan akademinya. Klub ini bahkan punya filosofi, “Pemain yang kamu ciptakan akan lebih baik daripada pemain yang kamu beli.” Karena itu, akademi ini terus melahirkan bintang-bintang besar sepanjang sejarahnya. Sebelum melahirkan Class of ‘92 , akademi ini sudah mencetak Duncan Edwards, George Best, Bobby Charlton, Mark Hughes.
Bahkan pada era 1950-an, mereka juga memiliki satu angkatan yang berkualitas. Sebagai contoh Bobby Charlton, Duncan Edwards, Harry Gregg, Roger Byrne, Geoffrey Bent, dsb. Sayang, sebagian dari mereka harus tewas dalam kecelakaan pesawat di Muenchen. Padahal, tim yang dijuluki Busby Babes ini diramal bakal merajai Liga Champions 1957-58. MU tak perlu terlalu larut dalam kesedihan. Sebab 30 tahun kemudian, klub ini kembali melahirkan angkatan yang bisa dibanggakan. Class of ‘92 dinilai menyamai kelas Busby Babes. Sekumpulan bakat yang lahir dalam satu era yang kelak mampu melahirkan kebesaran bagi MU.
SENJATA UTAMA FERGIE
Fenomena Class of ’92, juga tak lupu dari perhatian manajer MU, Sir Alex Ferguson. Bahkan pelatih asal Skotlandia ini menilai Nicky Butt dkk adalah aset yang sangat berharga dan bakal menjadi senjata utama timnya. Benar saja, pada musim 1994-95, Ferguson mulai berani memanfaatkan angota Class of ‘92 . Ini memang saat yang tepat. Para pemain junior itu sudah mulai matang, sementara Eric Cantona dihukum 8 bulan karena menendang suporter dan Mark Hughes sering cedera. Pada musim 1995-96, anggota Classs of ’92 makin banyak yang ditarik ke tim senior. Mereka masing-masing David Beckham, Paul Scholes, Nicky Butt, Gary Neville, Phil Neville, dan Ryan Giggs.
Tindakan Fergie – panggilan akrab Ferguson – itu sempat dikritik mantan pemain Liverpool yang juga komentator BBC, Alan Hansen. “Anda tidak akan memenangkan apa-apa di musim 1995-96 kalau mengandalkan anak-anak,” sindir Hansen kepada Fergie. Ferguson tak peduli dengan kritikan itu. Dia merasa lebih tahu dari siapa pun tentang potensi Nicky Butt dkk. Menurutnya, mereka akan menjadi senjata utama MU dalam meraih banyak gelar.
“Sudah sangat jelas, bakat-bakat para pemain anggota Class of ’92 sangat luar biasa. Mereka sudah menunjukkan kemampuannya di kompetisi junior. Teknik dan gaya permainannya sangat spesial,” jawab Fergie waktu itu.
Fergie tak salah. Keyakinannya terhadap para pasukan baru itu ternyata bukan tanpa alasan. Sebab, hampir semua pemain memberi pengaruh besar terhadap permainan MU. Gary Neville menjadi bek kanan yang luar biasa. Tangguh dan berani maju membantu serangan. Sedangkan Nicky Butt langsung nyetel dan menjadi gelandang yang kreatif. Paul Scholes menjadi gelandang serang yang sangat aktif dan produktif.
Di sektor sayap, MU malah sangat istimewa dan dianggap terbaik. Sebab di sisi kanan ada David Beckham yang memiliki umpan mematikan. Dia tak butuh banyak gocek, tapi umpannya sering menjadi assist. Di sisi kiri ada Ryan Giggs yang menambah ketajaman serangan MU. Gocekannya sangat hebat dan penetrasinya sulit dihentikan lawan. Hasilnya, MU meraih double winners pada musim 1995-96: juara Premier League dan Piala FA. Sejak itu, Class of ‘92 menjadi andalan MU. Mereka bahkan menjadi pilar kejayaan klub ini di era 1990-an. Selain double winners di musim 1995-96, mereka juga mampu menambah 5 gelar Premier League, 1 Piala FA, 1 Liga Champions, dan 1 Piala Interkontinental. Prestasi paling bersejarah tentu pada musim 1998-99. David Beckham dkk menorehkan catatan emas. MU menjadi klub pertama yang mampu meraih treble winners dengan menjuarai Premier League, Piala FA, dan Liga Champions.
“Kualitas para anggota Class of ‘92 menjadi salah satu kunci kesuksesan manajemen saya. Jika menjadi manajer seperti saya, Anda harus memiliki tim dengan kualitas seperti itu,” jelas Fergie.
Tak bisa dipungkiri, sukses terbesar MU dalam sejarahnya memang terjadi di masa manajemen Fergie. Tak bisa dielakkan juga, salah satu sukses Fergie berkat pasukan Class of ‘92 . Karena kualitas mereka, MU mampu meraih banyak gelar. Meski kini tinggal Gary Neville, Paul Scholes, dan Ryan Giggs yang masih berada di MU, tapi Class of ‘92 tetap melegenda. Mereka akan tetap dicatat sebagai salah satu tonggak sejarah besar Setan Merah.
Fakta Class of ‘92
Nama resmi: Manchester United Junior
Pelatih: Eric Harrison
Skuad: Kevin Pilkington (kiper), Gary Neville, Phillipe Neville, Chris Casper, John O’Kane, Keith Gillespie, David Beckham, Rabbie Savage, Ben Thornley, Nicky Butt, Paul Scholes, Simon Davies, Ryan Giggs, Colin McKee,George Swtzer
Prestasi: Piala FA Junior 1992
Class of 92 Sejumlah nama yang dipromosikan ke tim utama, antara lain David Beckham, Gary Neville, Phillip Neville, Ryan Giggs, Paul Scholes, Nicky Butt, Keith Gillespie, Robbie Savage, dan Simon Davies. Alhasil, pada musim 1992-1993, MU meraih gelar juara Liga Inggris dengan kontribusi dari sebagian besar pemain muda tersebut. Yang pasti tim muda Manchester United tahun 1992 ini merupakan tim yang terbilang sulit untuk disamai. Beberapa pemain Class of 92 sekarang telah menjadi pemain kaliber internasional. Sebutlah David Beckham, Gary Neville, Phillip Neville, Ryan Giggs, Paul Scholes, dan Nicky Butt. Ini membuktikan bahwa Manchester United bukan hanya klub yang sukses secara komersial saja, tetapi akademi mereka memang mumpuni untuk melahirkan bintang-bintang baru. Berikut adalah kisah beberapa pemain Class of 92....
1. Ryan Giggs
Dididik oleh Manchester City, Giggs direkrut oleh MU tepat di ulang tahunnya yang ke-14. Saat itu, Sir Alex Ferguson sendiri yang mendatangi rumah Giggs dan memintanya berlatih di Carrington. Saat ini, Giggs masih setia membela MU. Sejumlah rekor MU berhasil dipecahkan oleh pria berkebangsaan Wales ini. Posisinya dulu adalah sayap kiri, namun kini Giggs juga fasih bermain di tengah.
2. David Beckham
Barangkali salah satu pemain yang paling populer di MU. Beckham yang kelahiran London adalah asli didikan MU. Sejak memulai debutnya di tim senior pada tahun 1992, Beckham terus meroket. Beckham memiliki spesialisasi sebagai eksekutor bola mati. Salah satu yang paling diingat dari Beckham adalah golnya dari jarak setengah lapangan menghadapi Wimbledon tahun 1996. Akibat konflik dengan Ferguson, Beckham lalu hijrah ke Real Madrid pada tahun 2003. Suami dari Victoria Adams itu lalu pindah ke Amerika bersama LA Galaxy lalu dipinjamkan ke AC Milan.
3. Paul Scholes
Salah satu sosok yang pernah sangat dominan di lapangan tengah MU. Sangat mobile dan memiliki tendangan geledek, pemain berjuluk 'Pangeran Jahe' ini memotori lini tengah selama bertahun-tahun. Sama seperti Giggs, Scholes adalah seorang pemain yang terus setia membela MU hingga saat ini. Meski secara terbuka mengaku sebagai pendukung Oldham Athletic hingga kini, tak ada seorang pun fans MU yang memprotesnya.
4. Gary Neville
Dijuluki 'Benteng Alamo' berkat ketangguhannya mengawal lini belakang MU. Neville fasih bermain sebagai bek kanan dan juga bek tengah. Sejak merebut posisi inti dari tangan Paul Paker pada 1994, Neville terus jadi pilihan utama. Pada tahun 2005, Nevile ditunjuk sebagai kapten The Red Devils menyusul kepindahan Roy Keane. Bersama Giggs dan Scholes, mereka adalah tiga pemain Class of 92 yang masih bertahan hingga kini.
5. Nicky Butt
Seorang gelandang tengah yang tangguh, tipe yang sangat disukai Ferguson yang pernah sangat mengandalkan Paul Ince dan Roy Keane. Butt memulai debut pada musim 1992-93, tapi baru jadi pilihan utama musim 1994-95. Akibat mulai gagal bersaing dengan gelandang-gelandang lain, Butt terbuang ke Newcastle United tahun 2004. Karirnya terus meredup, salah satunya ditandai dengan tergedragasinya Newcastle.
6. Phil Neville
Adik dari Gary Neville. Di Manchester United, Phil biasa dimainkan sebagai bek kiri menggantikan Denis Irwin atau bek kanan mengisi posisi sang abang. Selain itu, Phil juga bisa bermain sebagai gelandang. Tahun 2005, Neville kecil hijrah ke Everton. Januari 2007, menyusul kepergian David Weir ke Glasgow Rangers, manajer Everton menunjuk Phil sebagai kapten baru The Toffees.
Class of 1992: Benih Kejayaan Setan Merah
Melahirkan seorang bintang sepak bola saja adalah perkara sulit. Jika mampu melahirkan bintang dalam satu kelas atau angkatan, itu berarti sangat luar biasa. Sekolah sepak bola Manhcester United (MU) pernah melakukannya. Pada awal 1990-an, akademi MU memiliki murid-murid yang penuh bakat dan berkelas.
Betapa tidak, angkatan tersebut dihuni oleh benih-benih berkualitas yang kelak menjadi bintang-bintang besar di jagad sepak bola. Juga, menjadi kunci sukses Setan Merah (julukan MU). Sebut saja David Beckham, Nicky Butt, Keith Gillespie, Ryan Giggs, Robbie Savage, Paul Scholes dan sebagainya. Mereka sudah menebar pesona, meski masih berwajah imut.
Angkatan itu akhirnya melegenda dengan sebutan Class of ‘92 . Sebab, pada tahun itu mereka menunjukkan kehebatannya di pentas Piala FA Junior. Nicky Butt dkk tampil memukau dan menghajar Crystal Palace 6-3 di final. Untuk ketujuh kalinya (waktu itu, Red) MU menjuarai Piala FA Junior dan itu sebuah rekor tertinggi.
Dibangun sejak 1930-an, sekolah sepak bola Manchester United (MU) memang terkenal bagus. Banyak bintang besar yang lahir dari gemblengan akademi itu. Meski tak mengharamkan pembelian pemain asing, tapi MU sangat menghormati lulusan akademinya. Klub ini bahkan punya filosofi, “Pemain yang kamu ciptakan akan lebih baik daripada pemain yang kamu beli.” Karena itu, akademi ini terus melahirkan bintang-bintang besar sepanjang sejarahnya. Sebelum melahirkan Class of ‘92 , akademi ini sudah mencetak Duncan Edwards, George Best, Bobby Charlton, Mark Hughes.
Bahkan pada era 1950-an, mereka juga memiliki satu angkatan yang berkualitas. Sebagai contoh Bobby Charlton, Duncan Edwards, Harry Gregg, Roger Byrne, Geoffrey Bent, dsb. Sayang, sebagian dari mereka harus tewas dalam kecelakaan pesawat di Muenchen. Padahal, tim yang dijuluki Busby Babes ini diramal bakal merajai Liga Champions 1957-58. MU tak perlu terlalu larut dalam kesedihan. Sebab 30 tahun kemudian, klub ini kembali melahirkan angkatan yang bisa dibanggakan. Class of ‘92 dinilai menyamai kelas Busby Babes. Sekumpulan bakat yang lahir dalam satu era yang kelak mampu melahirkan kebesaran bagi MU.
SENJATA UTAMA FERGIE
Fenomena Class of ’92, juga tak lupu dari perhatian manajer MU, Sir Alex Ferguson. Bahkan pelatih asal Skotlandia ini menilai Nicky Butt dkk adalah aset yang sangat berharga dan bakal menjadi senjata utama timnya. Benar saja, pada musim 1994-95, Ferguson mulai berani memanfaatkan angota Class of ‘92 . Ini memang saat yang tepat. Para pemain junior itu sudah mulai matang, sementara Eric Cantona dihukum 8 bulan karena menendang suporter dan Mark Hughes sering cedera. Pada musim 1995-96, anggota Classs of ’92 makin banyak yang ditarik ke tim senior. Mereka masing-masing David Beckham, Paul Scholes, Nicky Butt, Gary Neville, Phil Neville, dan Ryan Giggs.
Tindakan Fergie – panggilan akrab Ferguson – itu sempat dikritik mantan pemain Liverpool yang juga komentator BBC, Alan Hansen. “Anda tidak akan memenangkan apa-apa di musim 1995-96 kalau mengandalkan anak-anak,” sindir Hansen kepada Fergie. Ferguson tak peduli dengan kritikan itu. Dia merasa lebih tahu dari siapa pun tentang potensi Nicky Butt dkk. Menurutnya, mereka akan menjadi senjata utama MU dalam meraih banyak gelar.
“Sudah sangat jelas, bakat-bakat para pemain anggota Class of ’92 sangat luar biasa. Mereka sudah menunjukkan kemampuannya di kompetisi junior. Teknik dan gaya permainannya sangat spesial,” jawab Fergie waktu itu.
Fergie tak salah. Keyakinannya terhadap para pasukan baru itu ternyata bukan tanpa alasan. Sebab, hampir semua pemain memberi pengaruh besar terhadap permainan MU. Gary Neville menjadi bek kanan yang luar biasa. Tangguh dan berani maju membantu serangan. Sedangkan Nicky Butt langsung nyetel dan menjadi gelandang yang kreatif. Paul Scholes menjadi gelandang serang yang sangat aktif dan produktif.
Di sektor sayap, MU malah sangat istimewa dan dianggap terbaik. Sebab di sisi kanan ada David Beckham yang memiliki umpan mematikan. Dia tak butuh banyak gocek, tapi umpannya sering menjadi assist. Di sisi kiri ada Ryan Giggs yang menambah ketajaman serangan MU. Gocekannya sangat hebat dan penetrasinya sulit dihentikan lawan. Hasilnya, MU meraih double winners pada musim 1995-96: juara Premier League dan Piala FA. Sejak itu, Class of ‘92 menjadi andalan MU. Mereka bahkan menjadi pilar kejayaan klub ini di era 1990-an. Selain double winners di musim 1995-96, mereka juga mampu menambah 5 gelar Premier League, 1 Piala FA, 1 Liga Champions, dan 1 Piala Interkontinental. Prestasi paling bersejarah tentu pada musim 1998-99. David Beckham dkk menorehkan catatan emas. MU menjadi klub pertama yang mampu meraih treble winners dengan menjuarai Premier League, Piala FA, dan Liga Champions.
“Kualitas para anggota Class of ‘92 menjadi salah satu kunci kesuksesan manajemen saya. Jika menjadi manajer seperti saya, Anda harus memiliki tim dengan kualitas seperti itu,” jelas Fergie.
Tak bisa dipungkiri, sukses terbesar MU dalam sejarahnya memang terjadi di masa manajemen Fergie. Tak bisa dielakkan juga, salah satu sukses Fergie berkat pasukan Class of ‘92 . Karena kualitas mereka, MU mampu meraih banyak gelar. Meski kini tinggal Gary Neville, Paul Scholes, dan Ryan Giggs yang masih berada di MU, tapi Class of ‘92 tetap melegenda. Mereka akan tetap dicatat sebagai salah satu tonggak sejarah besar Setan Merah.
Fakta Class of ‘92
Nama resmi: Manchester United Junior
Pelatih: Eric Harrison
Skuad: Kevin Pilkington (kiper), Gary Neville, Phillipe Neville, Chris Casper, John O’Kane, Keith Gillespie, David Beckham, Rabbie Savage, Ben Thornley, Nicky Butt, Paul Scholes, Simon Davies, Ryan Giggs, Colin McKee,George Swtzer
Prestasi: Piala FA Junior 1992
A. H. Albut (1892–1900)
James West (1900–1903)
Ernest Mangnall (1903–1912)
John Bentley (1912–1914)
Jack Robson (1914–1922)
John Chapman (1922–1926)
Lal Hilditch (1926–1927)
Herbert Bamlett (1927–1931)
Walter Crickmer (1931–1932)
Scott Duncan (1932–1937)
Walter Crickmer (1937–1945)
Matt Busby (1945–1969)
Wilf McGuinness (1969–1970)
Matt Busby (1970–1971)
Frank O'Farrell (1971–1972)
Tommy Docherty (1972–1977)
Dave Sexton (1977–1981)
Ron Atkinson (1981–1986)
Alex Ferguson (1986–sekarang)
James West (1900–1903)
Ernest Mangnall (1903–1912)
John Bentley (1912–1914)
Jack Robson (1914–1922)
John Chapman (1922–1926)
Lal Hilditch (1926–1927)
Herbert Bamlett (1927–1931)
Walter Crickmer (1931–1932)
Scott Duncan (1932–1937)
Walter Crickmer (1937–1945)
Matt Busby (1945–1969)
Wilf McGuinness (1969–1970)
Matt Busby (1970–1971)
Frank O'Farrell (1971–1972)
Tommy Docherty (1972–1977)
Dave Sexton (1977–1981)
Ron Atkinson (1981–1986)
Alex Ferguson (1986–sekarang)
1908: Divisi Satu & FA Charity Shield
1909: Piala FA
1911: Divisi Satu & FA Charity Shield
1936: Divisi Dua
1948: Piala FA
1952: Divisi Satu & FA Charity Shield
1956: Divisi Satu & FA Charity Shield
1957: Divisi Satu & FA Charity Shield
1963: Piala FA
1965: Divisi Satu & FA Charity Shield
1967: Divisi Satu & FA Charity Shield
1968: Liga Champion UEFA
1975: Divisi Dua
1977: Piala FA & FA Charity Shield
1983: Piala FA & FA Charity Shield
1985: Piala FA
1990: Piala FA & FA Charity Shield
1991: Piala Winners UEFA & Piala Super UEFA
1992: Piala Carling
1993: Premier League & FA Charity Shield
1994: Premier League, Piala FA & FA Charity Shield
1996: Premier League, Piala FA, & FA Charity Shield
1997: Premier League & FA Charity Shield
1998: Liga Champion UEFA
1999: Premier League, Piala FA, Piala Intercontinental & Liga Champion UEFA
2000: Premier League
2001: Premier League
2003: Premier League & FA Charity Shield
2004: Piala FA
2006: Piala Carling
2007: Premier League & FA Charity Shield
2008: Premier League, FA Charity Shield, Piala Dunia Club, & Liga Champion UEFA
2009: Premier League & Piala Carling
2010: Piala Carling & FA Charity Shield
2011: Premier League & FA Charity Shield
2013: Premier League
1909: Piala FA
1911: Divisi Satu & FA Charity Shield
1936: Divisi Dua
1948: Piala FA
1952: Divisi Satu & FA Charity Shield
1956: Divisi Satu & FA Charity Shield
1957: Divisi Satu & FA Charity Shield
1963: Piala FA
1965: Divisi Satu & FA Charity Shield
1967: Divisi Satu & FA Charity Shield
1968: Liga Champion UEFA
1975: Divisi Dua
1977: Piala FA & FA Charity Shield
1983: Piala FA & FA Charity Shield
1985: Piala FA
1990: Piala FA & FA Charity Shield
1991: Piala Winners UEFA & Piala Super UEFA
1992: Piala Carling
1993: Premier League & FA Charity Shield
1994: Premier League, Piala FA & FA Charity Shield
1996: Premier League, Piala FA, & FA Charity Shield
1997: Premier League & FA Charity Shield
1998: Liga Champion UEFA
1999: Premier League, Piala FA, Piala Intercontinental & Liga Champion UEFA
2000: Premier League
2001: Premier League
2003: Premier League & FA Charity Shield
2004: Piala FA
2006: Piala Carling
2007: Premier League & FA Charity Shield
2008: Premier League, FA Charity Shield, Piala Dunia Club, & Liga Champion UEFA
2009: Premier League & Piala Carling
2010: Piala Carling & FA Charity Shield
2011: Premier League & FA Charity Shield
2013: Premier League
Subscribe to:
Posts (Atom)