Home » Posts filed under Humor Sufi
Showing posts with label Humor Sufi. Show all posts
Showing posts with label Humor Sufi. Show all posts
Suatu hari, Mulla membawa keledainya ke pasar untuk dijual. Setiap ada pembeli yang mendekat, si keledai menunjukkan giginya ingin menggigit, atau menyepak-nyepak.
Akhirnya seseorang berkata: "Melihat perilaku keledai ini, pasti tidak ada yang mau membelinya."
"Aku juga tidak mau menjualnya," sahut Mulla. "Aku hanya ingin orang melihat binatang macam apa yang harus kurawat."
Akhirnya seseorang berkata: "Melihat perilaku keledai ini, pasti tidak ada yang mau membelinya."
"Aku juga tidak mau menjualnya," sahut Mulla. "Aku hanya ingin orang melihat binatang macam apa yang harus kurawat."
0
comments
Mulla berkhutbah di masjid: "Di antara tanda-tanda keajaiban Yang Mahakuasa adalah halilintar. Halilintar adalah malaikat yang lebih kecil daripada burung gereja, lebih besar daripada burung elang."
"Kamu keliru," kata seseorang, "Seharusnya lebih besar daripada burung gereja, lebih kecil daripada burung elang."
Mulla berpikir sejenak, lalu berkata, "Kalau begitu, bukan keajaiban namanya."
"Kamu keliru," kata seseorang, "Seharusnya lebih besar daripada burung gereja, lebih kecil daripada burung elang."
Mulla berpikir sejenak, lalu berkata, "Kalau begitu, bukan keajaiban namanya."
Di jalan, tiga orang pencuri melihat seorang laki-laki naik keledai memasuki kota. Di belakang keledai itu, ada seekor kambing berkalung lonceng.
Salah seorang pencuri berkata bangga:
"Aku akan mencuri kambingnya."
Pencuri kedua berkata: "Itu sih perkara kecil. Aku akan mencuri keledai yang ditungganginya."
Pencuri ketiga berkata: "Aku akan mencuri pakaian yang dipakainya."
Pencuri pertama lau mengikuti lelaki itu, dan di sudut jalan mengikatkan lonceng pada ekor keledai, lalu mencuri kambingnya.
Lonceng tetap berbunyi, dan si orang desa itu mengira kambingya masih ada di belakangnya.
Pencuri kedua, yang menunggu di sudut lain, menghadap lelaki itu dan berkata: "Kebiasaan baru, ya? Menggantungkan lonceng pada ekor keledai?"
Lelaki itu menengok ke belakang dan berkata, "Kambingku hilang!"
Pencuri itu berkata: "Aku baru saja melihat seseorang membawa seekor kambing melewati jalan itu."
"Tolong, awasi keledaiku ini," kata lelaki itu dan lari mengejar kambingnya.
Pencuri itu lalu lari dengan mengendarai keledai itu.
Lelaki itu lalu menjelajahi jalan, mencari-cari orang yang mencuri kambingnya namun sia-sia. Lalu ia kembali untuk mengambil keledainya dan tahulah apa yang terjadi. Sejenak ia berjalan lemas sampai akhirnya secara kebetulan ia bertemu seseorang yang sedang duduk di samping sebuah sumur sembari menangis.
"Ada apa denganmu? Mereka mencuri kambing dan keledaiku. Kenapa kamu menangis seperti ini?"
"Peti hartaku tercebur ke dalam sumur ini. Aku takut sekali masuk ke dalamnya. Kalau kamu mendapatkan peti itu, aku akan bagi harta yang ada di dalam peti itu, separuh untukmu."
Karena ingin menutup kerugiannya, orang dusun itu segera mencopot pakaiannya dan masuk ke dalam sumur.
Ketika dia naik ke atas, tanpa membawa hasil, dia melihat pakaiannya telah raib. Lalu mulai menggunakan tongkat besar, dan memutar-mutarnya. Orang-orang pun lalu mengerumuninya.
"Mereka telah mencuri seluruh milikku. Sekarang aku takut mereka akan mencuri diriku juga."
Salah seorang pencuri berkata bangga:
"Aku akan mencuri kambingnya."
Pencuri kedua berkata: "Itu sih perkara kecil. Aku akan mencuri keledai yang ditungganginya."
Pencuri ketiga berkata: "Aku akan mencuri pakaian yang dipakainya."
Pencuri pertama lau mengikuti lelaki itu, dan di sudut jalan mengikatkan lonceng pada ekor keledai, lalu mencuri kambingnya.
Lonceng tetap berbunyi, dan si orang desa itu mengira kambingya masih ada di belakangnya.
Pencuri kedua, yang menunggu di sudut lain, menghadap lelaki itu dan berkata: "Kebiasaan baru, ya? Menggantungkan lonceng pada ekor keledai?"
Lelaki itu menengok ke belakang dan berkata, "Kambingku hilang!"
Pencuri itu berkata: "Aku baru saja melihat seseorang membawa seekor kambing melewati jalan itu."
"Tolong, awasi keledaiku ini," kata lelaki itu dan lari mengejar kambingnya.
Pencuri itu lalu lari dengan mengendarai keledai itu.
Lelaki itu lalu menjelajahi jalan, mencari-cari orang yang mencuri kambingnya namun sia-sia. Lalu ia kembali untuk mengambil keledainya dan tahulah apa yang terjadi. Sejenak ia berjalan lemas sampai akhirnya secara kebetulan ia bertemu seseorang yang sedang duduk di samping sebuah sumur sembari menangis.
"Ada apa denganmu? Mereka mencuri kambing dan keledaiku. Kenapa kamu menangis seperti ini?"
"Peti hartaku tercebur ke dalam sumur ini. Aku takut sekali masuk ke dalamnya. Kalau kamu mendapatkan peti itu, aku akan bagi harta yang ada di dalam peti itu, separuh untukmu."
Karena ingin menutup kerugiannya, orang dusun itu segera mencopot pakaiannya dan masuk ke dalam sumur.
Ketika dia naik ke atas, tanpa membawa hasil, dia melihat pakaiannya telah raib. Lalu mulai menggunakan tongkat besar, dan memutar-mutarnya. Orang-orang pun lalu mengerumuninya.
"Mereka telah mencuri seluruh milikku. Sekarang aku takut mereka akan mencuri diriku juga."
Suatu hari Mulla berada di lumbung desa, memenuhi tasnya dengan mengambil sedikit gandum dari masing-masing orang.
"Kenapa kamu melakukan itu?" tanya seseorang.
"Sebab aku ini seorang yang tolol," sahut Mulla.
"Kenapa tidak kamu isi saja tas orang lain dengan gandummu sendiri?" tanya orang itu.
"Ya," sahut Mulla, "tentu saja aku menjadi lebih tolol kalau begitu."
"Kenapa kamu melakukan itu?" tanya seseorang.
"Sebab aku ini seorang yang tolol," sahut Mulla.
"Kenapa tidak kamu isi saja tas orang lain dengan gandummu sendiri?" tanya orang itu.
"Ya," sahut Mulla, "tentu saja aku menjadi lebih tolol kalau begitu."
Subscribe to:
Posts (Atom)