1. Meminta perlindungan (isti’adzah) kepada Alloh subhanallohu wa ta’ala dari gangguan dan godaan setan.
2. Meletakkan sutrah (pembatas) dan memandang hanya ke tempat sujud.
3. Mengosongkan hati dari kesibukan-kesibukan lainnya. Bila terlintas pikiran lain di benak kita, maka segera ditampik dan tidak diindahkan. Bila ada kesibukan atau keinginan maka segera dituntaskan sebelum sholat, seperti bila lapar maka makan terlebih dahulu, bila hendak buang air maka segera membuangnya, dsb.
4. Berupaya menghadirkan hati dan terus mengingat-ingat bahwa sekarang kita sedang berdiri di hadapan RAJA DI RAJA (MALIKUL MULK) yang Maha Mengetahui segala perkara yang tersembunyi, yang samar maupun rahasia dari orang yang sedang bermunajat kepada-Nya. Dan kita terus mengingat bahwasanya amalan sholat ini natinya (hari akhir) akan ditampakkan kepada kita.
5. Menenangkan anggota badan dengan tidak melakukan sesuatu perkara yang dapat mengganggu kekhusyu’an, seperti memilin-milin rambut, menggerak-gerakkan cincin, dsb.
6. Berusaha memahami, merenungkan, memperhatikan dan memikirkan bacaan-bacaan sholat dan dzikir-dzikirnya, karena yang demikian itu akan menyempurnakan kekhusyu’an. [Al-Mausu'ah Al-Fiqhiyyah, hal 19/118, Taisirul 'Allam, 1/292]
Khusyu’ yang Tercela
Diantara sifat khusyu’ ini ada khusyu’ yang tercela. Menurut Imam Al-Qurthubi, khusyu’ yang tercela adalah khusyu’ yang dibuat-buat dan dipaksakan. Ketika sholat di hadapan manusia, ia memaksakan diri untuk khusyu’ dengan menundukkan kepalanya dan berpura-pura menangis sebagaimana hal ini banyak diperbuat oleh orang-orang bodoh. Ini jelas merupakan tipu daya setan terhadap anak manusia. [Al-Mausu'ah Al-Fiqhiyyah, 19/119]
Kita memohon kepada Alloh agar menganugerahkan kepada kita kekhusyu’an hati tatkala bermunajat kepada-Nya dan kita berlindung kepada-Nya dari khusyu’ yang tercela. Amin…
Wallohu ta’ala a’lam bish-showwab.
-disalin dari majalah Asy-Syariah No.04/I/Syawal 1424 H-
sumber : http://ummfulanah.wordpress.com
0
comments
Subscribe to:
Post Comments (Atom)